Firman Allah Azza Wa jalla:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu)…” (Ali ‘Imran:18)
Maka lihatlah bagaimana Alah SWT memulai dengan diriNya, keduanya dengan malaikat dan ketiganya dengan orang-orang ahli ilmu.
Dengan ini cukuplah bagimu (untuk mengetahui) kemuliaan, keutamaan, kejelasan dan kelebihan orang-orang ahli ilmu’
Allah Ta’alan berfirman:
“……
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…..” (Al
Mujadilah:11)
Ibnu Abbas ra berkata : “Para ulama memperoleh beberapa
derajat di atas kaum mu’minin dengan tujuh ratus derajat yang mana
antara dua derajat itu perjalanan lima ratus tahun.
Dan Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
“….. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama….” (Fathir:28)
“….. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab” (Ar Rad:43)
”
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip……” (An Naml:40)
”
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh,……” (Al Qashash:80)
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini
Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu” (Al Ankabut:43)
“………. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan Ulil Amri) ……….” (An Nisa’ : 83)
” Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa ……..” (Al
A’raf:26)
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al
Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar
pengetahuan Kami……..” (Al A’raf:52)
” maka sesungguhnya akan Kami
kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang
(Kami) mengetahui (keadaan mereka),……..” (Al A’raf:7)
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu ………” (Al Ankabut:49)
“Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara” (Ar Rahman:3-4)
.
Hadist-hadits
Barangsiapa
yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya ia
pandai mengenai agama dan ia diilhami PetunjukNYa [Muttafaq 'alaih]

Ulama itu adalah pewaris para Nabi [Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban]

“sesuatu yang di langit dan bumi itu memohonkan ampunan bagi orang ‘alim (pandai)” [Abu Darda']

sesungguhnya
hikmah (ilmu) itu menambah orang yang mulia akan kemuliaan dan
mengangkat hamba sahaya sehingga ia mencapai capaian raja-raja. [Abu
Na'im dalam Al Hilyah, Ibnu Abdil Barr dalam Bayaul Ilmi, dan Abd. Ghani
dalam Adabul Muhaddits dari hadits Anas dengan sanad yang lemah]

Dua
pekerti tidak terdapat di dalam orang munafik, yaitu perilaku yang baik
dan pandai dalam agama [H.R. At Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia
mengatakan hadits gharib]

Seutama-utama
manusia adalah orang mu’min yang’alim (pandai) yang jika ia dibutuhkan
maka ia berguna, dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia mencukupkan
dirinya.” [Al Baihaqi dalam Syu'bul Iman mauquf pada Abu Darda' dengan
sanad yang lemah]

Iman
itu telanjang, pakaianya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan
buahnya adalah ilmu [Al Hakim dalam Tarikh Naisabur dari hadits Abu
Darda' dengan sanad yang lemah]

Orang
yang paling dekat dari derajat kenabian adalah ahli ilmu dan jihad
(perjuangan). Adapun ahli ilmu maka mereka menunjukkan manusia atas apa
yang dibawa para rasul, sedangkan ahli jihad maka mereka berjuang dengan
pedang (senjata) mereka atas apa yang dibawa oleh para rasul [Abu Na'im
dalam Fadhlul 'alim al 'afif 'dari hadits Ibnu Abbas dengan sanad yang
lemah.]

sungguh
matinya satu kabilah itu lebih ringan dari pada matinya seorang ‘alim
[Ath Thabrani dan Ibnu Abdil Barr dari hadits Abu Darda']

Manusia
itu adalah barang tambang seperti tambang emas dan perak. Orang-orang
pilihan mereka di masa Jahiliyah adalah orang-orang pilihan mereka di
masa Islam apabila mereka pandai [Muttafaq 'alaih]

Pada
hari Kiyamat tinta ulama itu ditimbang dengan darah orang-orang yang
mati syahid [Ibnu Abdil Barr dari Abu Darda'dengan sanad yang lemah]

Barang
siapa yang memelihara empat puluh buah hadits dari As Sunnah atas
ummatku sehingga ia menunaikannya kepada mereka maka aku akan menjadi
pemberi syafa’at kepadanya dan saksinya pada hari Kiyamat [Ibnu Abdil
Barr dalam al 'Ilm dari hadits Ibnu Umar dan ia'melemahkannya.]

Barang
siapa dari ummatku menghafal empat puluh buah hadits maka ia bertemu
dengan Allah ‘Azza wa Jalla pada hari Kiyamat sebagai seorang faqih yang
‘alim [Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dan ia melemahkannya]

Barang
siapa memahami tentang agama Allah ‘Azza Wa Jalla maka Allah Ta’ala
mencukupinya akan sesuatu yang menjadi kepentingannya dan Dia memberinya
rizki dari sekiranya ia tidak memperhitungkannya [Al Khathib dalam
Tarikh dari hadits Abdullah bin Juz - Az zabidi dengan sanad yang lemah]

Allah
‘Azza wa Jalla memberi wahyu kepada Ibrahim as : “Hai Ibrahim,
sesungguhnya Aku Maha Mengetahui, Aku senang kepada setiap orang yang
pandai [Dituturkan oleh Ibnu Abdil Barr sebagai komentar]

Orang pandai adalah kepercayaan Allah Yang Maha Suci di atas bumi [Ibnu Abdil Barr dari Mu'adz dengan sanad yang lemah]

Dua
golongan dari ummatku apabila mereka baik maka manusia baik, dan
apabila mereka rusak maka manusia rusak, yaitu para pemegang
pemerintahan dan para ahli fiqh [Ibnu Abdil Barr dan Abu Na'im dari
hadits Ibnu Abbas.]

Apabila
datang hari kepadaku padanya saya tidak bertambah ilmu yang mendekatkan
saya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla maka saya tidak mendapat berkah pada
terbitnya matahari hari itu [Ath Thabrani dalam Al Ausath dan Abu Na'im
dalam Al Hilyah, dan Ibnu Abil Barr dalam Al 'Ilm]

Keutamaan
orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas
orang yang paling rendah dari shahabatku [At Tirmidzi dari hadits Abu
Umamah]

Kelebihan
orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti kelebihan bulan pada
malam purnama atas seluruh bintang-bintang [Abu Dawud, At Tirmidzi, An
Nasa'i dan Ibnu Hibban, dan itu sepotong dari hadits Abu Darda' yang
terdahulu]

Pada
hari Kiyamat tiga macam orang memberi syafa’at yaitu: para Nabi, para
ulama kemudian orang-orang yang mati syahid [Ibnu Majah dari hadits
Utsman bin 'Affan dengan sanad yang lemah]

Tidaklah
Allah Ta’ala disembah dengan sesuatu yang utama dari pada pemahaman
terhadap agama. Sungguh seorang faqih itu lebih berat atas syaithan dari
pada seribu orang ahli ibadah. Setiap sesuatu itu mempunyai tiang, dan
tiang agama ini adalah fiqh [Ath Thabrani dalam Al Ausath, Abu Bakar Al
Ajiri dalam Fadhlul 'ilmi, dan Abu Na'im dalam Riyadhatul Muta'allimin
dari hadits Abu Hurairah dengan sanad yang lemah]

Sebaik-baik
agamamu adalah yang termudahnya, dan sebaik-baik ibadah adalah fiqh
(pemahaman) [Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dengan sanad yang lemah]

Keutamaan
mu’min yang ‘alim atas mu’min yang ahli ibadah adalah dengan tujuh
puluh derajat [Ibnu Adi dari Abu Hurairah dengan sanad yang lemah]

Sesungguhnya
kamu menjadi dalam masa yang banyak ahli fiqhnya, sedikit qurra’ (ahli
baca Al Qur’an) nya dan ahli pidatonya, sedikit orang yang meminta-minta
dan banyak orang yang memberinya. Amal padanya adalah lebih baik dari
pada ilmu. Dan akan datang kepada manusia masa yang sedikit ahli
fiqhnya, banyak juru pidatonya, sedikit orang yang memberinya, banyak
orang yang meminta-minta. Ilmu pada masa itu lebih baik dari pada amal
[Ath Thabrani dari hadits Hizam bin Hakim dari pamannya, ada yang
mengatakan dari ayahnya, sanadnya lemah]

Antara
orang yang ‘alim dan orang yang beribadah adalah seratus derajat,
antara setiap dua derajat itu ditempuh kuda pacuan yang dilatih selama
tujuh puluh tahun [Al Ashfihani dalam At Targhib wat Tarhib, dari lbnu
Umar dari ayahnya]

Ditanyakan
: “Wahai Rasulullah, amal-amal apakah yang lebih utama ?” Beliau
bersabda : “Ilmu tentang Allah ‘Azza Wa Jalla” Lalu ditanyakan : “IImu
apakah yang engkau kehendaki ?”. Beliau SAW bersobds : “Ilmu tentang
Allah ‘Azza Wa Jalla”. Lalu dikatakan kepadanya : “Kami bertanya
mengenai amal sedangkan engkau menjawab mengenai ilmu”. Maka beliau SAW
bersabda : “Sesungguhnya amal sedikit disertai ilmu (mengetahui) tentang
Allah itu berguna dan banyaknya amal serta bodoh mengenai Allah itu
tidak berguna [Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dengan sanad yang lemah]

Allah
Yang Maha Suci poda hari Kiyamat membangkitkan hamba-hamba kemudian Dia
membangkitkan ulama kemudian Dia berfirman : “Wahai golongan ulama,
sesungguhnya Aku tidak meletakkan ilmuKu padamu kecuali karena Aku
mengetahui tentang kamu, dan Aku letakkan ilmuKu padamu agar Aku tidak
menyiksamu, pergilah karena Aku telah memberi ampunan kepadamu”. [Ath
Thabrani dari hadits Abu Musa dengan sanad yang lemah]
.
Atsar-atsarAdapun atsar (kata-kata shahabat), Ali bin Abi Thalib ra berkata kepada Kumail :
“Hai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedangkan
harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang dengan dibelanjakan,
sedangkan ilmu menjadi berkembang dengan dibelanjakan (diberikan kepada
orang lain)”.
Ali ra juga berkata :
“Orang yang ‘alim itu lebih utama dari pada orang yang berpuasa, berdiri
ibadah malam dan berjuang. Apabila seorang ‘alim meninggal maka
berlobanglah dalam Islam dengan suatu lobang yang tidak tertutup kecuali
oleh penggantinya”.
Dan ia ra berkata dalam bentuk syair (nazham) :

Tidak
ada kebanggaan kecuali bagi ahli ilmu, sesungguhnya mereka di atas
petuniuk, dan mereka penunjuk orang yang minta petuniuk. Nilai setiap
orang adalah sesuatu yang meniadikannya baik, sedangkan orang-orang
bodoh itu musuh ahli ilmu. Maka carilah kemenangan kamu dengan ilmu,
dengon ilmu itu kamu hidup selamanYa, munusiq itu mati, sedangkan ahli
ilmu itu hidup
.
Abul Aswad berkata : “Tidak ada sesuatu yang lebih utama dari pada ilmu.
Para raja itu memerintah manusia (orang kebanyakan), sedangkan para
ahli ilmu itu memerintah para raja”.
Ibnu Abbas ra berkata : “Sulaiman bin Dawud as disuruh memilih antara
ilmu, harta dan kerajaan maka beliau memilih ilmu, lalu beliau diberi
harta dan kerajaan”.
Ibnul Mubarak ditanya : “Siapakah manusia itu” Ia menjawab : “Para
ulama”. Ditanyakan lagi : “Siapakah para raja itu ?”. Ia menjawab :
“Orang-orang yang zuhud”. Ditanyakan lagi : “Siapakah orang rendahan itu
?” Ia menjawab : “Orang-orang yang memakan dunia dengan agama”.
Ia tidak memasukkan orang yang tidak berilmu ke golongan manusia karena
kekhususan yang membedakan manusia terhadap seluruh hewan adalah ilmu.
Maka manusia adalah manusia yang menjadi mulia karena ilmu. Kemuliaan
itu bukan karena kekuatan dirinya karena unta itu lebih kuat dari
padanya. Dan bukan karena besarnya, karena gajah itu lebih besar dari
padanya. Dan bukan karena beraninya karena binatang buas itu lebih
berani dari padanya. Bukan karena makannya karena lembu itu lebih besar
perutnya dari pada perutnya. Dan bukan karena bersetubuhnya karena
burung pipit yang paling rendah itu lebih kuat untuk bersetubuh dari
padanya. Bahkan manusia itu tidak dijadikan (tidak diciptakan) kecuali
karena ilmu.
Fathul Maushuli rahimahullah berkata : “Bukankah orang sakit apabila
dicegah makan, minum dan obat maka ia mati ?’,. Mereka (orang-orang)
menjawab : “Ya”. Ia berkata : “Demikian juga hati, apabila dicegah dari
padanya hikmah dan ilmu selama tiga hari maka hati itu akan mati”. Ia
benar’karena makanan hati adalah ilmu dan hikmah, dan dengan keduanyalah
hidupnya hati sebagaimana makanan tubuh adalah makanan.
Barangsiapa yang tidak mendapat ilmu maka hatinya sakit sedangkan
matinya itu pasti. Tetapi ia tidak merasakannya karena cinta dan sibuk
dengan dunia itu mematikan perasaannya sebagaimana takut itu
kadang-kadang meniadakan sakitnya luka seketika, meskipun luka itu masih
ada. Apabila kematian telah menghilangkan bebanan-bebanan dunia maka ia
merasakan kebinasaannya dan ia menyesal dengan sesalan yang besar namun
sesalan itu tidak berguna baginya.
Itu seperti perasaan orang yang
aman dari takutnya, dan orang yang sadar dari mabuknya terhadap lukaJuka
yang dideritanya dalam keadaan mabuknya atau dalam keadaan takut. Maka
kita mohon perlindungan kepada Allah pada hari dibukanya tutup.
Sesungguhnya manusia itu tidur,’apabila mati maka mereka jaga (bangun).
Al Hasan rahimahullah berkata : “Tinta ulama itu ditimbang dengan darah
syuhada, maka tinta ulama itu unggul atas darah syuhada”.
Ibnu Mas’ud ra berkata : “Wajib atasmu untuk berilmu sebelum ilmu itu
diangkat, sedangkan diangkatnya ilmu adalah matinya perawi-perawinya.
Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya sungguh orang-orang yang terbunuh di
jalan Allah itu sebagai syuhada’ itu senang dibangkitkan oleh Allah
sebagai ulama karena kemuliaan ulama yang mereka lihat. Sesungguhnya
seseorang itu tidak dilahirkan sebagai orang yang berilmu, namun ilmu
itu dengan belajar”.
Ibnu Abbas ra berkata : “Mendiskusikan ilmu pada sebagian malam lebih
saya sukai dari pada menghidupkan malam itu (dengan shalat dan
sebagairlo : pent)”. Demikian juga dari Abu Hurairah ra dan Ahmad bin
Hambal rahimahullah.
Al Hasan berkata mengenai firman Allah Ta’ala : wahai Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat” (Al Baqarah :
201). Bahwasanya kebaikan di dunia itu adalah ilmu dan ibadah, sedangkan
kebaikan di akhirat adalah syurga.
Ditanyakan kepada sebagian hukama : “Barang apakah yang selalu mengikuti
(pemiliknya) ?”. Ia berkata : “Barang yang mana apabila kapalmu
tenggelam maka kamu berenang bersamanya, yaitu ilmu”.
Dan ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tenggelamnya kapal adalah hancurnya badan karena mati.
Sebagian
mereka berkata : “Barang siapa mengambil hikmah (ilmu) sebagai kendali
maka manusia menjadikannya sebagai pemimpin. Dan barang siapa mengetahui
hikmah maka ia dipandang oleh semua mata dengan penghormatan”.
Asy Syafi’i ra berkata : “Termasuk kemuliaan ilmu adalah setiap orang
yang dikatakan berilmu walaupun mengenai sesuatu yang remeh maka ia
bergembira dan barang siapa yang (dikatakan) tidak memiliki ilmu maka ia
bersedih”.
Umar ra berkata : “Wahai manusia, wajib atasmu untuk berilmu.
Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memiliki selendang yang dicintaiNya.
Barangsiapa menuntut satu bab dari ilmu maka Allah menyelendanginya
dengan selendangnya. Jika ia berbuat dosa maka ia agar memperbaikinya
tiga kali agar selendangnya itu tidak dilepas dari padanya, meskipun
dosanya itu berkepanjangan sehingga ia meninggal”.
Al Ahnaf rahimahullah berkata : “Ulama itu hampir-hampir sebagai Tuhan,
dan setiap kemuliaan yang tidak dimantapkan oleh ilmu maka akhirnya
menjadi hina”.
Salimbin Abil Ja’d berkata:”Tuanku membeliku dengan tiga ratus dirham
dan ia memerdekakan saya”. Lalu saya berkata : Dengan apakah saya
bekerja ?”. Maka saya bekerja dengan ilmu dan tidak genap setahun bagiku
sehingga datanglah amir Madinah kepadaku dan saya tidak mengizinkan
baginya”.
Az Zubair bin Abu Bakar berkata : “Ayahku di Irak berkirim surat
kepadaku, “wajib atasmu berilmu. Jika kamu fakir maka ilmu itu menjadi
hartamu. Dan jika kamu kaya maka ilmu itu menjadi keindahan bagimu”.
Demikian itu dihikayatkan juga dalam wasiyat-wasiyat Luqman kepada anaknya, ia berkata :
“Hai anakku, duduklah pada ulama dan merapatlah kepada mereka dengan
kedua lututmu karena sesunguhnya Allah Yang Maha Suci menghidupkan hati
dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan tanah dengan hujan
dari langit”.
Sebagian hukama’ berkata : “Apabila orang’alim meninggal maka ia
ditangisi oleh ikan di air, dan oleh burung di udara, ia hilang tetapi
sebutannya tidak dilupakan penyebutannya.
Az Zuhri rahimahullah berkata : “Ilmu jantan, dan tidak menyintainya kecuali orang laki-laki yang jantan”.